Pernahkah Anda kehilangan barang dagangan tanpa jejak di toko? Jika iya, bisa jadi toko Anda menjadi korban shoplifting. Walaupun terkesan sepele, kasus ini bisa menyebabkan kerugian besar, apalagi kalau terus dibiarkan tanpa penanganan serius.
Faktanya, pencurian termasuk salah satu kasus kriminal yang paling sering terjadi di tanah air. Bahkan, menurut data dari Kepolisian RI (Polri), ada lebih dari 45.000 kasus pencurian sepanjang tahun 2024. Angka ini juga mencakup shoplifting. Bagaimana ini bisa terjadi, dan adakah cara untuk mencegahnya? Tak perlu panik, bekali diri Anda dengan informasi yang cukup untuk menjaga toko tetap aman.
Apa Itu Shoplifting?
Shoplifting adalah tindakan mencuri barang di toko tanpa membayar. Biasanya, pencurian ini dilakukan secara diam-diam oleh pengunjung yang berpura-pura menjadi pembeli. Mereka akan menyembunyikan barang curian tersebut di dalam pakaian, tas, atau bahkan kereta bayi, kemudian keluar dari toko tanpa melakukan transaksi.
Karena merupakan bentuk pencurian ringan, shoplifting termasuk tindak pidana dengan sanksi denda atau kurungan penjara paling lama 3 bulan menurut Pasal 364 KUHP. Namun, ini hanya berlaku untuk nilai barang curian di bawah Rp2,5 juta.
Mengapa Shoplifting Bisa Terjadi?
Dengan memahami latar belakang pelaku, Anda pun bisa menyusun strategi pencegahan yang sesuai. Ini dia sejumlah faktor yang umumnya menyebabkan seseorang mencuri di toko:
-
Gangguan mental
Gangguan mental atau psikologis dapat memicu seseorang untuk melakukan shoplifting. Kondisi ini umumnya meliputi depresi, gangguan kecemasan (anxiety), hingga bipolar. Ketika seseorang mengalami gangguan mental, kemampuannya dalam mengambil keputusan akan terganggu hingga meningkatkan kecenderungan untuk mencuri.
Misalnya, seorang pengunjung di toko Anda tiba-tiba mengalami serangan kecemasan (anxiety attack). Untuk menenangkan diri, tanpa sadar ia mengambil barang dari rak toko Anda tanpa menyadari lingkungan di sekitarnya.
Tak hanya itu, pencurian di toko juga bisa dipicu oleh kleptomania. Gangguan ini membuat seseorang memiliki dorongan kuat untuk mencuri walaupun barang curian tersebut mungkin tidak berharga bagi mereka.
Biasanya, pelaku kleptomania merasa tegang sebelum mencuri dan merasa puas setelahnya. Di sisi lain, banyak dari mereka yang menyesal setelah mencuri, tapi kemudian tetap tidak mampu mengontrol keinginan atau impuls untuk mencuri. Sehingga, mereka membutuhkan bantuan medis.
-
Tekanan dari pergaulan
Seseorang juga bisa melakukan shoplifting karena pengaruh teman sebaya (peer pressure). Mereka bergabung dalam kelompok sosial tertentu yang menganggap bahwa mencuri adalah tindakan berani atau keren. Biasanya, pencurian akibat peer pressure dilakukan oleh para remaja yang ingin mendapat pengakuan dari teman-teman sebayanya.
Dengan kata lain, beberapa remaja mungkin sebetulnya tidak punya niat mencuri. Namun, mereka tidak ingin dianggap pengecut atau lemah oleh teman-teman dalam kelompoknya, sehingga mereka terpaksa ikut shoplifting. Di sisi lain, ada pula pelaku yang ingin terlihat mampu memiliki barang-barang branded seperti teman-temannya.
-
Motif pribadi
Selain gangguan mental dan tekanan sosial, shoplifting juga dapat terjadi karena motif pribadi tertentu. Salah satu yang paling sering terjadi adalah motif finansial, yaitu biasanya pelaku tidak memiliki uang untuk membeli barang yang dibutuhkan. Tak hanya itu, ada pula pelaku yang mencuri untuk memenuhi kepuasan emosional karena terpicu adrenalin.
Namun, beberapa pelaku lain melakukan shoplifting atas motif kebencian atau balas dendam. Mereka mencuri sebagai bentuk protes terhadap perlakuan kurang menyenangkan yang dialami di suatu toko, misalnya pernah diperlakukan kasar oleh pegawai di sana.
-
Disfungsi keluarga
Lingkungan keluarga ternyata juga dapat memengaruhi seseorang untuk mencuri. Saat seorang anak tumbuh dalam keluarga yang tidak stabil, misalnya sering bertengkar atau kurang perhatian, ia akan punya kecenderungan lebih besar untuk berperilaku menyimpang sebagai bentuk pelarian.
Misalnya, seorang anak tidak mendapat pengawasan yang tepat dari orang tua, sehingga mereka tidak memahami batasan antara hal yang benar dan salah. Ada pula remaja dari keluarga yang bermasalah secara ekonomi dan emosional, lalu ia melakukan shoplifting karena tidak tahu cara lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Dampak Shoplifting terhadap Bisnis
Dampak dari shoplifting lebih dari sekadar kehilangan barang. Jika sebuah toko menjadi korban pencurian, berikut berbagai dampak yang akan dirasakan:
-
Kehilangan potensi penjualan
Saat terjadi pencurian, otomatis barang yang dicuri tersebut tidak akan bisa dijual. Anda pun kehilangan potensi keuntungan yang seharusnya bisa didapatkan dari penjualan barang tersebut. Bayangkan jika kasus pencurian ini sering terjadi, bukan tidak mungkin bisnis Anda akan merugi hingga jutaan Rupiah.
-
Pengeluaran ekstra untuk penggantian barang
Barang yang dicuri perlu diganti supaya stok tidak kosong, sehingga pelanggan tetap bisa membelinya. Padahal, Anda tidak mendapat pemasukan dari barang yang dicuri tersebut. Situasi ini dapat menekan cash flow dan berisiko menyebabkan anggaran bisnis kurang efisien. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut bisa mengganggu kemampuan bisnis untuk memenuhi kebutuhan lain, misalnya inovasi produk atau mengembangkan sistem keamanan.
-
Ketidakseimbangan stok
Apabila barang dicuri tapi tidak tercatat sebagai transaksi, laporan stok pun jadi tidak akurat. Akibatnya, Anda akan melakukan restock berdasarkan data yang salah. Hal ini dapat menyebabkan laporan keuangan tidak sinkron dengan data di lapangan. Mau tidak mau, Anda harus melakukan audit manual yang bisa menghabiskan waktu dan biaya tambahan, sehingga akan berisiko mengganggu fokus bisnis harian.
Baca juga: Pentingnya Manajemen Persediaan Untuk Bisnis Anda
-
Waktu dan sumber daya yang terbuang
Proses penanganan shoplifting bisa menyita banyak waktu dan energi. Anda perlu memeriksa CCTV, mengurus laporan ke polisi, hingga melakukan investigasi internal. Di sisi lain, Anda masih harus mencocokkan data dan stok fisik, serta memastikan kembali bahwa karyawan memahami SOP keamanan. Seluruh hal tersebut dapat mengganggu produktivitas. Sumber daya yang seharusnya dipakai untuk mengembangkan usaha, justru malah habis untuk menutup kerugian yang terjadi.
-
Penurunan semangat kerja karyawan
Pencurian di toko dapat meninggalkan dampak tersendiri pada kondisi mental karyawan. Mereka merasa tidak percaya diri dalam mengawasi pelanggan. Belum lagi, mereka juga bisa merasa tertekan karena takut akan diberi sanksi atas kejadian di luar kendali. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut dapat menurunkan semangat dan performa kerja karyawan.
Baca juga: Penting! Ini 6 Cara Mempertahankan Loyalitas Karyawan Anda
-
Reputasi bisnis rusak
Reputasi toko bisa ikut tercoreng akibat shoplifting, meskipun kasus tersebut terjadi di luar kendali Anda. Pelanggan merasa tidak aman belanja di toko yang menjadi sasaran pencuri. Akibatnya, kepercayaan pelanggan terhadap bisnis Anda ikut menurun, begitu juga dengan minat mereka untuk kembali belanja di tempat Anda.
Cara Mencegah Shoplifting di Toko
Pencurian di toko bisa terjadi kapan saja dan dilakukan oleh siapa pun. Maka dari itu, Anda perlu melakukan langkah pencegahan secara sistematis, aktif, dan menyeluruh. Berikut beberapa cara yang bisa Anda terapkan untuk mencegah shoplifting di toko:
-
Perhatikan gerak-gerik pengunjung
Tingkatkan kewaspadaan Anda dan karyawan terhadap kasus pencurian di toko. Pelajari tanda-tanda yang perlu diwaspadai dari pengunjung, seperti:
- Pengunjung berulang kali menyentuh barang, tapi tidak menunjukkan niat atau minat beli;
- Terlihat gelisah, gugup, atau bergerak canggung;
- Sering melihat ke arah karyawan atau CCTV di dalam toko, bukan ke produk;
- Sering berpindah-pindah tempat tanpa tujuan yang jelas;
- Menghalangi pandangan dengan menggunakan jaket, tas besar, atau keranjang belanja.
Selain mengenali gerak-gerik tersebut, ajarkan pula karyawan untuk menyapa pengunjung dengan ramat. Sapaan sopan dan kontak mata biasanya dapat membuat pelaku merasa diperhatikan, sehingga mengurungkan niat mencuri.
-
Pasang tulisan imbauan dan peringatan
Pasanglah papan peringatan di berbagai tempat strategis dalam toko, seperti di dekat pintu masuk atau area yang rawan. Anda bisa memasang tulisan imbauan seperti, “Toko ini diawasi CCTV!” atau “Segala bentuk pencurian akan ditindak secara hukum!”
Meski terkesan sederhana, memasang tulisan peringatan dapat memberikan efek psikologis pada pelaku. Ia akan berpikir dua kali karena sadar bahwa mencuri barang memiliki risiko tinggi. Selain itu, adanya imbauan juga menunjukkan bahwa toko Anda profesional dan tidak lengah, terutama dalam mencegah kasus pencurian.
-
Atur tata letak barang dengan baik
Penataan barang yang kurang baik dapat mendukung aksi shoplifting. Hindari meletakkan barang, terutama barang berharga, di area tersembunyi atau terlalu jauh dari kasir. Misalnya, produk produk kecil tapi mahal, seperti parfum atau elektronik, bisa diletakkan di dekat kasir atau meja staf toko. Lalu, untuk barang-barang yang rawan dicuri, tempatkan dalam rak kaca atau berikan pengaman tambahan di etalase.
Tak kalah penting, jangan menumpuk terlalu banyak barang di satu rak supaya pergerakan pengunjung dapat terlihat lebih jelas. Dengan tata letak barang yang baik, pengawasan di dalam toko jadi lebih mudah sehingga pelaku akan lebih sulit bergerak tanpa terlihat.
Baca juga: Cash Drawer bagi Bisnis: Manfaat dan Tips Memilih dengan Tepat
-
Pastikan tidak ada blind spot dalam tata letak ruangan
Setiap toko biasanya memiliki blind spot, yakni area yang tidak terlihat oleh kamera maupun karyawan. Area inilah yang biasanya paling rawan mengalami pencurian. Untuk menghindari risiko tersebut, pasanglah cermin cembung di beberapa sudut toko. Lalu, jika memungkinkan, rancanglah rak atau etalase agar tidak terlalu tinggi. Dengan begini, pandangan tidak akan terhalangi sehingga Anda bisa mengawasi toko secara maksimal.
-
Utamakan pencahayaan yang terang pada toko
Selain mengatur tata letak, perhatikan pula pencahayaan di toko Anda. Pencahayaan yang redup kerap membuat shoplifter merasa lebih aman dalam menjalankan aksinya diam-diam. Oleh sebab itu, pastikan toko Anda memiliki pencahayaan yang terang agar seluruh area terlihat jelas. Hal ini secara tidak langsung dapat mencegah tindakan mencurigakan.
Anda bisa memasang beberapa lampu LED yang hemat energi. Lalu, sebaiknya berikan pencahayaan ekstra di area produk mahal atau rak barang kecil. Hindari pula pencahayaan mati di sudut toko, bahkan ketika jam operasional hampir selesai.
-
Sediakan tempat penitipan tas dan jaket
Para shoplifter umumnya menyembunyikan barang curian mereka di dalam tas besar atau jaket longgar. Untuk mencegah hal tersebut, sediakan loker atau area penitipan di dekat kasir. Tegaskan bahwa pengunjung dianjurkan menitipkan tas, jaket, maupun barang-barang bawaan lain saat belanja di toko Anda.
Cantumkan aturan tersebut di area pintu masuk supaya pengunjung bisa langsung memahami sistem toko. Selain itu, jangan lupa memberi label atau nomor penitipan untuk menjamin keamanan barang milik pengunjung.
-
Pasang CCTV
CCTV dapat menjadi alat pencegahan sekaligus bukti jika pencurian benar-benar terjadi. Mengingat pentingnya alat tersebut, pasanglah CCTV berkualitas bagus di toko Anda. Pastikan CCTV mampu merekam secara real-time dan dilengkapi fitur penyimpanan rekaman minimal 7-14 hari. Tak hanya itu, kualitas video CCTV juga harus jelas untuk mengenali gerakan atau wajah pengunjung. Kemudian, tempatkan CCTV di kasir, pintu masuk, blind spots, dan area rak utama.
-
Tugaskan karyawan di pintu masuk dan keluar
Tunjuklah 1-2 orang karyawan untuk berjaga di pintu masuk dan keluar toko. Tugas mereka adalah menyambut pengunjung, sehingga dapat menciptakan kesan toko yang profesional dan penuh pengawasan.
Di samping itu, karyawan tersebut juga bertugas mengawasi siapa saja yang masuk dan keluar, terutama jika ada orang yang membawa tas besar atau barang banyak. Kemudian, bergantung pada sistem belanja di toko Anda, karyawan di posisi tersebut dapat mengecek struk belanja pelanggan. Sistem ini biasanya umum diterapkan di toko-toko ritel besar.
-
Pasang sensor pelacak pada barang
Pasanglah sensor pelacak, seperti tag magnetik, pada produk-produk yang Anda jual di toko. Jangan lupa letakkan sistem alarm pada pintu masuk dan keluar. Jadi, jika seorang pengunjung keluar toko dengan barang yang belum dibayar dan masih memiliki sensor pelacak, alarm tersebut akan otomatis berbunyi nyaring. Dengan sistem ini, pelaku shoplifting akan berpikir dua kali sebelum mencuri karena mereka tahu risikonya tinggi dan bisa langsung terdeteksi.
-
Lacak transaksi secara berkala
Pencurian di toko dapat menyebabkan selisih antara data penjualan dan stok fisik. Maka dari itu, pantaulah transaksi secara berkala dengan menggunakan aplikasi seperti Moka Order. Terintegrasi dengan Moka POS, sistem Moka Order mampu mencatat setiap transaksi secara otomatis. Selain itu, laporan stok barang juga akan ter-update secara real-time.
Setelah pembayaran terverifikasi, pesanan tersebut akan langsung masuk dan tercatat pada sistem Moka POS di toko Anda. Nantinya, seluruh data tersebut bisa Anda akses melalui satu dashboard, sehingga memudahkan Anda dalam melacak transaksi secara akurat. Jadi, jika ada ketidaksesuaian, Anda bisa mengetahuinya lebih cepat dan mencocokkannya dengan laporan karyawan atau CCTV.
Meskipun terlihat seperti masalah kecil, shoplifting yang dibiarkan bisa berdampak besar bagi pemilik usaha. Untungnya, terdapat banyak cara untuk mencegahnya: mulai dari pengawasan, penataan toko, hingga penggunaan alat seperti CCTV dan sensor alarm. Namun, langkah tersebut belum cukup tanpa sistem pencatatan transaksi yang akurat dan real-time, seperti Moka Order.
Dengan menggunakan Moka Order yang telah terintegrasi dengan Moka POS, Anda dapat memantau transaksi hingga mendeteksi selisih stok, sehingga turut meningkatkan efisiensi operasional toko. Buktikan sendiri manfaat ini dengan mencoba demo gratis Moka POS sekarang juga!